Dalam hal pembinaan akhlak, ada yang berpendapat bahwa akhlak itu tak dapat diubah. alasan mereka adalah : Pertama, akhlak meupakan bentuk batin sebagaimana akhlak juga adalah bentuk lahir. Sedangkan bentuk lahir tak dapat diubah. Seperti yang pendek tak dapat dijadikan tinggi dan sebaliknya yang tinggi tak dapat dijadikan pendek. Kedua, Akhlak yang baik mengekang hawa nafsu dan amarah dan memeranginya terus menerus.
Sebenarnya, pendapat di atas keliru, sebab jika direnungkan hakikat akhlak dalam pemikiran islam kita akan menyimpulkan bahwa akhlak menurut islam bukan sekedar kata - kata atau symbol, tetapi merupakan watak, adat, atau keinginan yang pembentukannya dibantu oleh faktor - faktor yang berperan pada kecerdasan, tabiat, instin . Faktor lingkungan pendidikan, latihan dan bimbingan akhlak itu sendiri. Dengan demikian akhlak dapat diubah dan berkembang melalui pendidikan, aktivitas diri dan keinginan yang serius.
Namun demikian, menurut Sa’aduddin, 2006:26 “ada beberapa akhlak yang tak dapat diubah dan tak dapat berkembang”. Akhlak tersebut bersifat tetap menurut alinya dan terikat oleh ruang dan waktu. Bijaksana, berani, menjaga kehormatan, jujur dan akhlak - akhlak terpuji lainnya pada dasarnya merupakan sifat tetap manusia serta diperlukan setiap zaman dan dimanapun. Kendati demikian, sifat tetap ini tidak akan menolak jika keberadaannya berada pada individu dalam mematuhi aturan dan keteguhanya pada aturan tersebut. Demikian pula menurut situasi dalam masyarakat yang sewaktu - waktu timbul, seperti hilangnya sifat jujur itu karena ada gangguan keamanan pada mereka. Dan mengubah akhlak ini bukanlah merupakan sesuatu yang mudah, tetpai merupakan kesulitan yang yang sudah umum. Sebab yang sulit pada diri seseorang adalah mengubah adat kebiasaan dan keinginan terdalamya.
Ulama Imam Al Gazali berkata “ seandainya akhlak tak dapat diubah maka sia - sialah semua nasihat dan pembinaan akhlak”. Rasulullah SAW pernah bersabda: “Perbaikilah akhlak - akhlak kalian”. Bagaimana hal ini bisa dipungkiri bahwasanya mengubah binatang buas saja bisa dilakukan menjadi binatang yang jinak atau kuda yang bandel menjadi patuh. Semua ini adalah perubahan akhlak. Maka seperti ini pula marah dan hawa nafsu jika kita mau mengekangnya hingga habis sama sekali. Dan jika kita mau melembutkan dua sifat ini dengan sungguh - sungguh, niscaya kita akan mampu melakukannya.
Seandainya jika akhlak tak dapat diubah, niscaya Allah SWT tidak akan mengutus para rasul sebagai pembawa berita gembira dan peringatan. Allah SWT memerintahkan sesuatu tidak akan mungkin membebani manusia diluar kemampuannya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwasanya akhlak bisa dibersihkan dari akhlak - akhlak tercela yang mengotorinya sesuai dengan upaya mengubahnya. Dan akhlak tersebut ada yang merupakan pembawaan dan ada pula merupakan hasil belajar.
Ketentraman hati dapat dicapai dengan menghilangkan akhlak tercela dan mengupayakan akhlak terpuji. Sebab setiap manusia dilahirkan sesuai dengan fitrahnya, suci, hanya kedualah orang tuanya yang menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi. Semua ini dilakukan dengan cara membiasakan dan mengajarinya. Sebagaimana badan manusia itu pada mulanya tidak diciptakan sempurna, tetapi menjadi sempurna dan kuat setelah tumbuh, diurus dan diberi makan. Demikian juga dengan nafsu juga yang mulanya kurang sempurna tetapi akan sempurna dengan cara dibina, dididik akhlaknya dan diberi makanan ilmu.
Ada beberapa metode pembinaan akhlak yang penting antara lain:
1.Memberi Pelajaran Atau Nasihat
Metode ini cukup dikenal dalam pembinaan islam yang menyentuh diri bagian dalam. Metode ini akan lebih berguna jika yang diberi nasihat percaya kepada penasihat yang nasihatnya datang dari hati. Sebab segala sesuatu yang datang dari hati akan sampai ke hati pula. Firman Allah SWT dalam surah Ath Thalaaq :2 yang artinya “Demikianlah diberi pelajaran dengan itu (tentang talak dan ruju’) orang yang beriman kepada allah swt dan hari akhirat. Dia akan memberi jalan keluar”. Pelajaran disini maksudnya nasihat yang baik yang melembutkan hati kemudian mendorong untuk mengamalkannya. Nasihat itu biasanya aturan - aturan, sambil menyebutkan hukum, janji dan ganjaran yang akan diterima oleh orang - orang yang yakin kepada Allah dan kepada pahala di akhirat. Bagaimanapun mereka adalah orang - orang yang mencari pelajaran, berhati khusu’, berharap amalnya akan diterima, mencari faidahnya di dunia dan menanti pahala sera ridha-Nya di Akhirat.
Nasihat menunjukkan yang hak dan maslahat dengan maksud agar terhindar dari mudharat. Agar nasihat itu benar - benar mantap, maka hendaklah penasihat tidak mengutamakan kepentingan pribadi yang bersifat materi. Oleh karena itu, para Pembina akhlak mesti membersihkan hati dari unsur riya’ atau kepentingan tertentu agar keikhlasannya tidak ternodai. Jika ternodai maka hilanglah wibawa dan pengaruhnya. Hal tersebut dinyatakan oleh Allah SWT melalui Nabi Nuh, Hud, Saleh, Luth dan Suaib : “Dan aku sekali - kali tidak meminta upah kepadamu atas ajakan - ajakan itu: Upahku tidak lain hanyalah dari Rabb Semesta Alam“ (QS. 26:109,127, 145, 164, 180).
Dalam metode nasihat atau pelajaran juga terdapat ruang besar guna mengarahkan orang lain pada kebajikan sehingga sang penasihat haruslah memilih waktu yang tepat agar mencapai faedah sesuai harapan. Pelajaran itu merupakan hal yang pokok sebab pada diri manusia terdapat dorongan - dorongan yang secara fitrah memerlukan petunjuk kepada yang benar serta membawanya kepada akhlak yang mulia baik anak kecil maupun orang dewasa.
2.Membiasakan Akhlak Baik
Kebiasaan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Metode pembiasaan yaitu mengulangi kegiatan tertentu berkali - kali agar menjadi bagian hidup manusia. Adapun cara membiasakan akhlak yang baik adalah :
•Membangkitkan hati dan kemampuan untuk mengubah pandangan manusia. Cara ini digunakan untuk mengubah kebiasaan manusia dari kebiasaan ingkar menjadi iman. Hal pertama yang dilakukan adalah menanamkan keinginan untuk berbuat. Setelah itu mengubah keinginan menjadi perbuatan nyata dan budi pekerti yang dilandasi iman.
•Mengajak berfikir dan bicara kepada manusia menurut kemampuan berfikir mereka, kemudian memompa keinginan dan berupaya menerjemahkannya pada sikap - sikap budi pekerti yang baik.
3.Memilih Teman Yang Baik
Kita sering menyaksikan seseorang yang baik tergelincir disebabkan karena teman yang jahat memperdayainya. Oleh karena itu, marilah kita memulai hidup ini dengan teman yang baik. Sebab teman itu menunjukkan orang yang ditemaninya. Rasulullah bersabda “Manusia itu menurut agama temannya, maka hendaklah kalian memperhatikan siapa yang menemaninya”.
Dalam hal ini, setiap teman tak lepas dari saling mempengaruhi. Terutama teman khusus begitu besar pengaruhnya dalam mengarahkan diiri dan pikiran. Ia juga mempunyai pengaruh yang besar yang menyebabkan masyarakat maju mundur, cemas atau tentram.
Orang yang paling baik dijadikan teman adalah orang - orang yang berilmu serta shalih. Rasulullah bersabda “Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk itu seperti membawa kasturi dan yang meniup besi panas. Yang membawa kasturi boleh jadi mengikutimu, kamu membeli darinya, atau kamu mendapati bau wangi darinya. Sedangkan yang menbawa besi panas, boleh jadi ia membakar bajumu atau kamu mendapati bau apek darinya”.
Adapun cara memilih teman yang baik dalah :
•Orang yang pandai, sebab tak ada baiknya berteman dengan orang bodoh.
•Berakhlak baik, sebab yang berakhlak buruk meskipun pandai ia suka kalah dengan hawa nafsunya dan suka memutuskan perkara berdasarkan hawa nafsu pula yang dapat berakibat buruk pada temannya.
•Orang yang Wara’ sebab teman yang fasiq itu tak dapat dipercaya oleh temannya dan tidak perduli dengan temannya.
•Orang yang berpegang teguh kepada Alquran dan Al sunnah, jauh dari Bid’ah dan khurafat. Sebab yang suka berbid’ah itu boleh jadi menimbulkan keburukan pada temannya.
4.Memberi Teladan Yang Baik
Keteladanan mempunyai peranan yang penting dalam pembinaan akhlak terutama pada anak - anak. Sebab anak - anak suka meniru orang - orang yang mereka lihat baik tindakan maupun budi pekertinya..
‘Amr bin ’Utbah berkata kepada guru anaknya, “langkah Pertama membimbing anakku hendaklah membimbing dirimu terlebih dahulu, sebab pandangan anak itu tertuju pada dirimu, maka yang baik pada mereka adalah yang kamu kerjakan dan yang buruk adalah yang kamu tinggalkan.
Seorang tauladan harus bersikap tidak ikut - ikutan kepada masyarakat, baik dalam perbuatan buruk maupun yang dianggap baik. Begitu pula ia harus mudah tersentuh hatinya ketika melihat yang ditimpa musibah. Keteladanan juga merupakan metode pembinaan akhlak yang sangat berperan, sangat berkesan, dan berpeluang sukses. Sebab anak yang melihat bapaknya berdusta tidak mungkin ia belajar jujur, dan anak yang melihat ibunya berbuat salah tidak mungkin ia belajar berbuat baik.